Sabtu, 01 November 2014

Asian Leopard Cat

Asian Leopard Cat memiliki julukan di berbagai daerah. Ada yang menyebutnya meong congkok, ocelot, macan dahan, leopard cat, macan akar dan macan sembah. Kucing hutan yang bernama latin Prionailurus Bengalensis ini  meliputi hutan tropis, semak belukar, hutan pinus, semi-gurun, daerah pertanian, hingga daerah bersalju tipis. Kucing yang dilindungi ini mampu hidup dihabitat dengan ketinggian mencapai 3.000 mdpl.memiliki habitat penyebaran di Russia, Korea, India, Jepang, Pakistan, Bangladesh dan Indonesia. 

Ia merupakan binatang nokturnal yang lebih banyak beraktifitas di malam hari termasuk untuk berburu mangsa seperti burung, tikus, tupai, serangga, ampibi, kelinci, kancil dan binatang kecil lainnya. Walaupun terdengar buas, tapi kucing ini bisa di jinakkan dengan membiasakan untuk tidak memberinya daging mentah karena daging mentah dapat membuatnya menjadi buas.

Di saerah selatan termasuk Indonesia cenderung berwarna dasar kuning kecoklatan. Bulunya halus dan pendek. Warna dasar (kuning kecoklatan atau abu-abu silver) diselingi pola belang-belang hitam dari bagian kepala sampai tengkuk. Ia memiliki motif bulu yang sama dengan kucing bengal dan savannah dan memiliki totol-totol yang sama seperti macan tutul atau cheetah, tapi sifatnya masih liar. Walaupun ia memiliki totol yang sama seperti macan tutul, tetapi keduanya berbeda genus.

Asian Leopard Cat adalah kucing yang cenderung suka bermain. Tapi bermain sambil menggigit atau disebut juga dengan bermain dengan kasar. Walaupun menggigit, gigitannya tidak terlalu sakit karena ia masih kecil. Terkadang, ia suka bermain di air apalagi ketika di siang hari yang panas.

Jika sistem imunnya lemah, ia gampang terserang penyakit, salah satunya penyakit distemper. Penyakit ini sangat sulit disembuhkan dan kebanyakan tidak bisa bertahan hidup (mati). Ciri-cirinya antara lain, tidak mau makan tapi banyak minum; selalu berbaring; jika di pegang punggung bagian belakangnya, ia kesakitan; muntah-muntah; mencret dan kejang-kejang. Jika menemukan gejala-gejala seperti ini, maka segeralah bawa ke dokter.

Ketika ia beranjak dewasa atau kira-kira berumur 4 bulanan, perlu diperhatikan. Karena sifatnya yang selalu ingin tahu hal-hal yang baru dan cepat sekali bosan jika berada di dalam rumah, ia bisa saja keluar secara diam-diam di malam hari dengan memanjat tembok, membuka pintu atau keluar melewati lubang tersembunyi. Ia bisa dengan cepat menjelajah. Karena keinginan menjelajahnya yang sangat kuat, ia tak menyadari bahwa ia sudah terlalu jauh dari rumah. Maka jika merawat kucing ini, Anda harus mengawasinya, karena ia bisa hilang sewaktu-waktu dan tidak akan kembali lagi.

Kucing hutan dulunya dimasukkan dalam genus Felis, bahkan di PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, kucing hutan masih ditulis dengan nama ilmiah Felis bengalensis. Konservasi Kucing Hutan. Kucing hutan (Prionailurus bengalensis) dikategorikan dalam status konservasi Least Concern (Resiko Rendah) oleh IUCN Redlist kecuali untuk subspesies P. b. iriomotensis yang berstatuskan Endangered (Terancam).
Sedangkan oleh CITES, kucing hutan didaftar dalam Apendiks II keculai untuk kucing hutan dari populasi di Bangladesh, India dan Thailand yang dimasukkan dalam daftar Apendiks I. Di berbagai negara, kucing liar bermotif mirif macan tutul ini pun dilindungi oleh hukum negara masing-masing termasuk di Indonesia yang memasukkan binatang ini dalam daftar satwa yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.









Terima kasih telah mengunjungi blog ku. Jika ada yang kurang atau ada pertanyaan tinggal komentar ya.... ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar